
Kyiv, Ukraina – Ketegangan geopolitik semakin meningkat setelah insiden mengejutkan di Gedung Putih, di mana mantan Presiden AS Donald Trump dikabarkan menolak pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Kejadian ini memicu reaksi keras, terutama dari para tentara Ukraina yang tengah berjuang di medan perang menghadapi agresi Rusia.
Insiden di Gedung Putih: Apa yang Terjadi?
Menurut laporan media internasional, Presiden Zelensky melakukan kunjungan diplomatik ke Washington D.C. dalam upaya memperkuat dukungan militer dan finansial dari Amerika Serikat. Namun, pertemuannya dengan Donald Trump—yang saat ini menjadi kandidat kuat dalam pemilihan presiden AS 2024—berakhir tanpa hasil. Bahkan, Trump dilaporkan secara terbuka menolak audiensi dengan Zelensky, menegaskan bahwa “Ukraina harus menyelesaikan perang ini sendiri.”
Pernyataan tersebut mengejutkan banyak pihak, terutama mengingat peran besar AS dalam mendukung Ukraina sejak invasi Rusia pada 2022. Penolakan Trump semakin mempertegas ketidakpastian masa depan bantuan militer AS bagi Kyiv.
Reaksi Tentara Ukraina: “Kami Merasa Dikhianati”
Di garis depan pertempuran, para tentara Ukraina yang telah berjuang selama lebih dari tiga tahun melawan pasukan Rusia mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap perkembangan terbaru ini.
“Sulit dipercaya bahwa sekutu yang selama ini mendukung kami kini mulai menarik diri. Kami telah kehilangan banyak rekan di medan perang, dan sekarang kami merasa seperti sedang bertempur sendirian,” ujar Serhiy, seorang perwira di wilayah Donetsk.
Beberapa prajurit lain bahkan menyatakan rasa frustrasi mereka atas bagaimana politik global bisa berdampak langsung terhadap kelangsungan perang.
“Kami di sini bertempur bukan hanya untuk Ukraina, tetapi juga untuk nilai-nilai demokrasi yang dijunjung Barat. Jika mereka meninggalkan kami sekarang, bagaimana kami bisa bertahan?” ungkap Andriy, seorang tentara yang telah bertugas sejak awal invasi.
Implikasi Geopolitik: Akankah Dukungan AS Berakhir?
Keputusan Trump untuk menolak pertemuan dengan Zelensky mengisyaratkan kemungkinan perubahan kebijakan AS jika dirinya kembali berkuasa. Selama ini, Trump dikenal memiliki pandangan yang lebih skeptis terhadap bantuan militer bagi Ukraina, berbeda dengan kebijakan Presiden Joe Biden yang terus mendukung Kyiv dengan bantuan senjata dan dana miliaran dolar.
Jika Trump memenangkan pemilu 2024 dan benar-benar menarik dukungan AS, Ukraina berpotensi kehilangan salah satu sekutu terbesarnya. Ini juga bisa mengubah keseimbangan perang secara signifikan, dengan Rusia yang semakin diuntungkan.
Masa Depan Perang: Ukraina di Persimpangan Jalan
Meskipun insiden di Gedung Putih ini mengecewakan, pemerintah Ukraina menegaskan bahwa mereka akan terus berjuang dengan atau tanpa dukungan penuh dari AS. Zelensky dalam pernyataannya menyebut bahwa Ukraina tetap berkomitmen mempertahankan kedaulatannya dan akan mencari dukungan dari sekutu lain, termasuk Uni Eropa dan negara-negara NATO.
Namun, pertanyaan besar tetap ada: Jika AS mengurangi bantuannya, apakah Ukraina masih mampu bertahan dalam perang berkepanjangan ini?
Jawaban atas pertanyaan ini akan sangat bergantung pada dinamika politik global dalam beberapa bulan ke depan.